Nurul Ikhlas, 18 Desember 2022. SMP, SMA dan SMK Nurul Ikhlas mengadakan In House Training (IHT) Implementasi Kurikulum Merdeka dengan narasumber Ibu Anggi Restia Andini, M.Pd dan Ibu Wahyu Ningsih, S.Pd, yang juga sebagai narasumber di tingkat provinsi.
Kegiatan IHT dilaksanakan selama 2 hari yang dilaksanakan di labor Fisika Nurul Ikhlas. Ustadz Delfi Ariandi, M.Pd selaku Bagian Pendidikan dan Pengajaran Pondok Pesantren Modern Nurul Ikhlas memberikan sambutan dan motivasi tentang “Mengapa Kurikulum Harus Berubah?” dihadapan Ustadz-Ustadzah SMP, SMA dan SMK Pondok Pesantren Modern Nurul Ikhlas yang menjadi peserta IHT ini. “Zaman sekarang sudah berubah, jadi kurikulum juga harus berubah disesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini karena kita sekarang hidup di zaman era milenial atau zaman digital yang mana setiap guru harus melek terhadap IPTEK. Agar IPTEK dalam kurikulum merdeka tidak kebablasan maka harus kita isi dan dibarengi dengan IMTAQ. Kita tidak lagi hidup di zaman kolonial, apa-apa saja warisan budaya peninggalan Belanda sudah harus kita tinggalkan lagi karena sudah banyak yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman.” Ujar Ustadz Delfi dalam sambutannya.
Selanjutnya Ustadz Drs. Yefrison selaku Kepala SMK Nurul Ikhlas juga menambahkan bahwa kurikulum Merdeka ini ada bukan karena ganti Menteri, tapi kurikulum berubah karena adanya tantangan dan kebutuhan zaman yang sudah berubah. Kurikulum berubah agar kelak santri dan santriwati bisa survive serta dapat belajar, bekerja, dan menavigasi perubahan di zamannya. Kita tidak mungkin lari dan bersembunyi ke hutan atau ke zaman batu karena tidak berani berubah di zaman baru yang serba berubah pesat dan tidak terprediksi ini. Hal senada juga disampaikan oleh Ustadz Riko Deris, M.Pd selaku Kepala SMA Nurul Ikhlas yang mengatakan bahwa kegiatan semacam ini penting untuk mengulang-ngulang kembali ingatan, wawasan dan pengetahuan guru-guru kita tentang IKM supaya semakin mantap ke depannya. Selain itu dalam IKM ini guru harus mengurangi marah-marah dalam pembelajaran. Namanya juga merdeka belajar. Ya tentu guru dan anak harus menjadi manusia yang merdeka dalam pembelajaran. Artinya guru bersama santri dan santriwati harus senang serta bahagia dalam setiap pembelajaran.
Kegiatan IHT ini diikuti oleh sekitar 85 Guru, yang dibagi menjadi 2 sesi yaitu sesi guru SMP, SMA dan SMK serta Tenaga Kependidikan, Staf dan Karyawan di SMP, SMA dan SMK Pondok Pesantren Modern Nurul Ikhlas. Semua peserta mengikuti semua rangkaian acara dengan penuh semangat dan antusias yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah peserta yang hadir melebihi ekpektasi panitia dan bahkan banyak yang hadir in time.
Di hari pertama Ibu narasumber memberikan materi tentang Implementasi Kurikulum Merdeka. Sedangkan di hari selanjutnya, semua peserta akan diberikan kesempatan untuk menyusun modul projek dan modul ajar sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolahnya. Setelah jadi nanti, maka setiap peserta akan mempraktikkannya bersama teman sejawat. Dengan praktik langsung seperti ini dan mendapatkan masukan dari narasumber, maka para guru mempunyai gambaran dan modal ketika tahun depan menerapkan kurikulum merdeka di sekolahnya masing-masing.
Dengan diadakannya acara IHT ini, semoga segala unsur yang ada di SMA dan SMK Pondok Pesantren Modern Nurul Ikhlas siap untuk melaksanakan kurikulum merdeka dengan baik. Kegiatan ini walaupun dilaksanakan secara singkat dan padat hanya 60 menit saja, namun diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan para guru. Apalagi sekarang ini banyak istilah-istilah baru yang ada dalam IKM tentunya semua guru sudah harus terbiasa dengan istilah tersebut. Seluruh guru wajib tahu istilah-istilah apa saja yang baru dan berubah dari kurikulum sebelumnya menjadi Kurikulum Merdeka. Istilah-istilah tersebut adalah:
1. Siswa diganti/ berubah jadi Peserta Didik.
2. Promes diganti/ berubah menjadi PROSEM (Program Semester).
3. Silabus diganti/ berubah menjadi ATP (Alur Tujuan Pembelajaran).
4. KI diganti/ berubah menjadi CP (Capaian Pembelajaran).
5. KD diganti/ berubah menjadi TP (Tujuan Pembelajaran).
6. RPP diganti/ berubah menjadi Modul Ajar.
7. KKM diganti/ berubah menjadi KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran).
8. IPK diganti/ berubah menjadi IKTP (Indikator Ketercapaian Tujuan Pembelajaran).
9. PH diganti/ berubah menjadi Sumatif.
10. PTS diganti/ berubah menjadi STS (Sumatif Tengah Semester).
11. PAS diganti/ berubah menjadi SAS (Sumatif Akhir Semester).
12. Indikator Soal diganti/ berubah menjadi Indikator Asesmen.
13. Penilaian teman sejawat diganti/ berubah menjadi Formatif.
Kemudian dalam kegiatan penutupan Ustadzah Anggi selaku narasumber menuturkan bahwa ganti kurikulum itu harus, karena zaman berubah. Kita perlu mendidik santri dan santriwati kita sesuai dengan perkembangan zamannya. Kadang jadi sedih kalau banyak yang bilang: kurikulum kok ganti mulu! Apa Ustadz-Ustadzah mau anak kita nggak paham gimana cara hidup di zamannya? Kan nggak ya… Ganti kurikulum itu berarti kita memperbaharui persepsi, pendekatan, dan konten yang dipelajari oleh anak. Ganti kurikulum itu bukan dipaksa meninggalkan semua yang lama dan silau dengan kemegahan orang-orang di luar negeri. Namun perubahan kurikulum adalah suatu keniscayaan. Oleh karena itu penting banget guru membaca dokumen regulasi, supaya bisa menyampaikan yang benar kepada orang tua/wali santri dan santriwati. (RD)